About

Bintik-Bintik di Kelamin Pria, Normalkah?


Seiring perkembangan tubuhnya yang beranjak dewasa, para remaja pria umumnya sangat memerhatikan setiap bagian tubuhnya yang berubah. Salah satu area yang menjadi perhatian utama adalah alat kelaminnya. Mereka memeriksa apakah “miliknya” normal. Ketika mendapati ada bintik-bintik atau benjolan kecil di penis dan skrotum, mereka pun cemas dan bertanya-tanya. Apakah itu normal? Beberapa kondisi khas berikut yang tampaknya seperti kelainan sebenarnya normal dan tidak perlu dicemaskan.

1. Papula mutiara

Salah satu kondisi yang umum dijumpai pada penis adalah apa yang disebut papula penis mutiara (pearly penile papulae). Bintik-bintik kecil berwarna cerah ini biasanya ditemukan berbaris di pinggiran kepala penis. Papula mutiara sering disangka kutil kelamin, tetapi sebenarnya adalah variasi fisik yang normal. Mereka biasanya berkembang pada masa remaja, tetapi mungkin juga baru terbentuk sampai usia 40 tahun. Diperkirakan sekitar 10% pria memiliki papula penis mutiara.

2. Jerawat

Ya, jerawat juga dapat muncul di alat kelamin. Jerawat adalah hasil penyumbatan pori-pori kulit dan dapat terjadi di mana saja pada tubuh: wajah, punggung, kaki, bahkan alat kelamin dan tempat lain. Jerawat pada penis atau testis biasanya terjadi pada usia remaja, tetapi dapat juga pada pria di usia yang lebih lanjut. Sebagian besar jerawat itu akan menghilang saat tumbuh dewasa, atau jika terjadi pada orang dewasa, mereka akan mereda dalam hitungan minggu.

3. Folikel rambut

Folikel rambut terlihat sebagai bola putih kecil yang muncul transparan di bawah kulit. Pada alat kelamin pria, folikel rambut dapat ditemukan pada skrotum dan sepanjang batang penis sampai ke ujung kulup, meskipun bulu-bulu yang mereka hasilkan mungkin tidak terlihat. Bulu-bulu halus kecil ini disebut rambut vellus, berbeda dengan rambut terminal yang lebih kasar, lebih panjang dan lebih gelap. (Rambut terminal adalah rambut di kulit kepala, ketiak, daerah kemaluan, dan daerah lainnya tergantung jenis kelamin dan kecenderungan berambut kita).

4. Kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea (sebaceous gland) biasanya ditemukan menempel pada folikel rambut. Kelenjar ini memproduksi zat lemak yang disebut sebum dan membantu melumasi kulit. Di sebagian besar wilayah kulit, kelenjar sebasea tidak bisa dilihat, karena kulitnya tebal. Namun pada penis, yang kulitnya tipis dan halus, kelenjar sebasea mungkin sangat menonjol. Kelenjar inilah yang membentuk benjolan kecil. Peregangan kulit penis akan membuat kelenjar ini bahkan terlihat lebih menonjol.
Pada penis, seperti di tempat lain, kelenjar sebasea dapat terinfeksi atau tersumbat, sehingga benjolan yang dihasilkan semakin besar dan memerah, seperti jerawat, dan mungkin memiliki kepala berwarna putih.

5. Kelenjar apocrine

Kelenjar apocrine berfungsi membuat keringat, dan ditemukan di ketiak, sekitar puting susu, di sekitar wilayah kemaluan dan pantat. Pada beberapa orang mereka sangat rentan untuk terinfeksi, mengakibatkan abses berulang di daerah tersebut.

Tips untuk Anda

  • Pahamilah mana yang merupakan anatomi normal dan mana yang merupakan kondisi gangguan, misalnya infeksi jerawat.
  • Jangan membuat situasi lebih buruk dengan memencet-mencet bintik atau benjolan yang Anda miliki. Memencet bisa menyebabkan radang tambahan dan menyebarkan bakteri yang menyebabkan jerawat.
  • Bersihkan daerah kelamin Anda setiap hari dengan sabun ber-pH netral, tapi jangan berlebihan.
  • Jika Anda merasa bintik atau benjolan di wilayah intim Anda bukan kondisi normal, sangat dianjurkan untuk menemui dokter atau dokter kulit sesegera mungkin.

Read more

Cara Mengukur Gula Darah Sendiri


Sekitar 20 tahun lalu, sedikit sekali orang yang mengukur kadar gula atau glukosa darahnya sendiri. Sebagian besar gula darah mereka hanya diukur sesekali, ketika berkunjung ke dokter untuk memantau diabetes mereka. Saat ini alat pengukur glukosa darah (glucose meter) adalah benda yang tak terpisahkan dari kehidupan kebanyakan penderita diabetes. Mereka perlu tahu dengan tepat kondisi tubuh mereka setiap saat, apakah gula darah mereka naik atau turun.
Tingkat gula darah berfluktuasi dari waktu ke waktu. Selain itu, gejala diabetes berbeda pada setiap orang. Tingkat gula darah yang sudah menimbulkan gejala peringatan yang jelas pada seseorang, misalnya membuatnya jadi sering kencing, pada orang lain mungkin belum menimbulkan tanda apa-apa. Anda tidak bisa hanya menebak tinggi-rendahnya gula darah hanya dari gejala tubuh. Selain itu, kebanyakan tanda diabetes baru muncul ketika gula darah sudah menimbulkan kerusakan pada tubuh.
Dengan mengukur gula darah secara berkala, Anda bisa mengetahui bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadap situasi yang berbeda-beda. Anda dapat mengetahui bagaimana makanan danolah raga memengaruhi gula darah Anda, sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat. Bilakadar gula darah sangat tinggi, Anda bisa segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan saran medis. Dalam hal ini, Andalah yang mengendalikan diabetes, bukan sebaliknya. Diabetes yang tidak terkendali dapat menimbulkan banyak komplikasi serius dalam jangka panjang.
Bagaimana cara mengukur gula darah?
Pengukuran gula darah sangat mudah, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tips berikut membantu Anda mendapatkan hasil pengukuran yang terbaik (catatan: tips ini berdasarkan cara kerja GlucoDr, pada alat lain mungkin bisa sedikit berbeda).
  • Siapkan peralatan yang Anda butuhkan, yaitu: glucometer, alkohol, kasa/kapas, jarum penusuk (lancet) dan alat penusuk (lancing device) dan test strip.
  • Cuci dan keringkan kedua tangan Anda sebelum pengambilan sampel untuk menghindari kontaminasi.
  • Masukkan jarum penusuk (lancet) di alatnya (lancing device). Pastikan bahwa jarum yang Anda pakai masih baru dan steril. Jarum penusuk hanya digunakan untuk sekali pakai.
  • Letakkan ujung jari Anda yang akan ditusuk. Sebaiknya menggunakan ujung jari berbeda-beda agar tidak menimbulkan pengerasan kulit. Jempol dan kelingking sebaiknya tidak digunakan untuk pengambilan sampel (gunakan jari tengah, jari manis atau telunjuk).
  • Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan kasa atau kapas beralkohol untuk menghindari infeksi.
  • Tusukkan jarum ke ujung jari Anda. Lap darah pertama yang keluar dengan kapas dan biarkan bulatan kecil darah terbentuk di ujung jari. Tekan dengan pelan jari Anda untuk membantu mengeluarkan darah, tapi jangan terlalu kuat agar sampel tidak bercampur dengan cairan otot sehingga mengacaukan hasil pengukuran.
  • Bila darah tidak cukup keluar, tusukkan jarum di jari kedua.
  • Masukkan test strip ke alat pengukur (glucose meter). Pastikan bahwa test strip yang Anda gunakan belum kedaluwarsa. Setiap strip memiliki tanggal kedaluwarsa sendiri yang bila terlewati akan membuat hasil pengukuran tidak akurat.
  • Tempelkan ujung test strip ke bulatan darah sampai terbasahi merata bagian untuk sampelnya. Jangan meneteskan darah ke strip dan jangan terlalu keras menempelkan test strip. Bila sampel darah sudah memadai maka alat akan mulai mengukur (waktu pengukuran terlihat di display dalam hitungan mundur).
  • Tempelkan kasa atau kapas beralkohol ke ujung jari yang tertusuk untuk menghentikan perdarahan.
  • Lihat hasil pengukuran di gluco meter Anda. Bila angka hasil pengukuran sangat tinggi atau rendah, Anda mungkin perlu mengulangi pengukuran untuk memastikan. Tingkat gula darah yang normal adalah:
    • 4 s.d. 7 mmol/l atau 72 s.d. 126 mg/dl (puasa)
    • kurang dari 10 mmol/l atau 180 mg/dl (90 menit setelah makan)
    • sekitar 8 mmol/l atau 144 mg/dl (malam hari)

Read more

15 Penyebab Infertilitas Pria


Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun. Menurut data demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan mendapatkan anak.
Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/antibodi pasangan tersebut.
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:

1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna

Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.

2. Konsentrasi sperma rendah

Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.

3. Tidak ada semen

Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

4. Varikosel (varicocele)

Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.

5. Testis tidak turun

Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.

6. Kekurangan hormon testosteron

Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

7. Kelainan genetik

Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.
Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.

8. Infeksi

Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.

9. Masalah seksual

Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur,sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.

10. Ejakulasi balik

Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.

11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi

Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.

12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)

Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.

13. Antibodi pembunuh sperma

Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.

14. Pencemaran lingkungan

Paparan polusi  lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.

15. Kanker Testis

Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.

Read more